MANUSIA
SEBAGAI MAHLUK INDIVIDU
Individu berasal dari kata latin
“individuum” artinya yang tidak terbagi, maka kata individu merupakan sebutan
yang dapat digunakan untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan
terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang
tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai
manusia perseorangan. Istilah individu dalam kaitannya dengan pembicaraan
mengenai keluarga dan masyarakat manusia, dapat pula diartikan sebagai manusia.
Pertumbuhan
Individu
Perkembangan manusia yang wajar
dan normal harus melalui proses pertumbuhan dan perkembangan lahir batin. Dalam
arti bahwa individu atau pribadi manusia merupakan keselurhan jiwa raga yang
mempunyai ciri-ciri khas tersendiri. Pertumbuhan adalah suatu perubahan yang
menuju kearah yang lebih maju, lebih dewasa. Timbul berbagai pendapat dari
berbagai aliran mengenai pertumbuhan. Menurut para ahli yang menganut aliran
asosiasi berpendapat, bahwa pertumbuhan pada dasarnya adalah proses asosiasi.
Dapat dirumuskan suatu pengertian tentang proses asosiasi yaitu terjadinya
perubahan pada seseorang secara tahap demi tahap karena pengaruh timbal balik
dari pengalaman atau empiri luar melalui pancaindera yang menimbulkan
sensations maupun pengalaman dalam mengenal keadaan batin sendiri yang
menimbulkan sensation.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan:
- Pendirian Nativistik. Menurut para ahli dari golongan ini berpendapat bahwa pertumbuhan itu semata-mata ditentukan oleh factor-faktor yang dibawa sejak lahir
- Pendirian Empiristik dan environmentalistik. Pendirian ini berlawanan dengan pendapat nativistik, mereka menganggap bahwa pertumbuhan individu semata-mata tergantung pada lingkungan sedang dasar tidak berperan sama sekali.
- Pendirian konvergensi dan interaksionisme. Aliran ini berpendapat bahwa interaksi antara dasar dan lingkungan dapat menentukan pertumbuhan individu.
Tahap
pertumbuhan individu berdasarkan psikologi
- Masa vital yaitu dari usia 0.0 sampai kira-kira 2 tahun.
Pada masa vital ini individu menggunakan fungsi-fungsi
biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. meurut Frued tahun
pertama dalam kehidupan individu itu sebagai masa oral. Pendapat semacam ini mungkin
beralasan kepada kenyataan, bahwa pada masa ini mulut memainkan peranan penting
dalam kehidupan individu. Di samping itu terjadi pembiasaan tahu akan
kebersihan. Melalui tahu akan kebersihan itu anak belajar mengontrol
impuls-impuls yang datang dari dalam dirinya.
- Masa estetik dari umur kira-kira 2 tahun sampai kira-kira 7 tahun
masa estetik ini dianggap sebagai masa
pertumbuhan arasa keindahan. sebenarnya kata estetik diartikan bahwa pada masa
ini pertumbuhan anak yang terutama adalah fungsi pancaindera. Dalam masa ini
pula tampak muncul gejala kenakalan yang umumnya terjadi antara 3 tahun sampai
umur 5 tahun.
Adapun alasan anak berbuat kenakalan dalam usia tersebut adalah :
berkat pertumbuhan
bahasanya yang merupakan modal utama bagi anak dalam menghadapi dunianya maka
sampailah anak pada penyadaran ”aku”nya atau tahap menemukan ”akunya yaitu
suatu tahap ketika anak menemukan dirinya sebagai subyek.
3.
Masa intelektual dari
kira-kria 7 tahun sampai kira-kira 13 tahun atau 14 tahun
ada beberapa sifat khas pada anak-anak masa ini antara lain
:
a.
adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani
dengan prestasi sekolah
b.
sikap tunduk kepada peraturan-peraturan, permainan yang
tradisional
c.
adanya kecenderungan memuji diri sendiri
d.
kalau tidak dapat menyelesaikan ssesuatu soal maka soal
itu dianggap tidak penting
e.
senang membandingkan dirinya dengan anak lain
f.
adanya minat kepada kehidupan praktis sehari-hari yang
konkrit
g.
amat realistik ingin tahu, ingin belajar
h.
gemar membentuk kelompok sebaya
- Masa sosial, kira-kira umur 13 atau 14 tahun sampai kira-kira 20 – 21 tahun
KELUARGA DAN FUNGSINYA DIDALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Keluarga adalah
unit/satuan masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil
dalam masyarakat/primary group. Kelompok inilah yang melahrikan individu dengan berbgai
macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat.
Keluarga merupakan gejala universal yang terdapat
dimana-mana di dunia ini. Sebagai gejala yang universal, keluarga mempunyai 4
karakteristik yang memberi kejelasan tentang konsep keluarga .
1.
Keluarga terdiri dari orang-orang yang bersatu karena
ikatan perkawinan, darah atau adopsi.
2.
para anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama
dalam satu rumah dan mereka membentuk suatu rumah tangga (household),
kadang-kadang satu rumah tangga itu hanya terdiri dari suami istri tanpa
anak-anak, atau dengan satu atau dua anak saja
3.
Keluarga itu merupakan satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling berkomunikasi.
4.
Keluarga itu mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang
sebagian besar berasal dari kebudayaan umum yang lebih luas.
Emile Durkheim mengemukakan tentang sosiologi keluarga dalam
karyanya : Introduction a la sosiologi de la famile (mayor Polak, 1979: 331).
Bersumber dari karya ini muncul istilah : keluarga conjugal : yaitu keluarga
dalam perkawinan monogamy, terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. Keluarga conjugal sering juga disebut keluarga batih
atau keluarga inti. Koentjaraningrat membedakan 3 macam keluarga luas
berdasarkan bentuknya :
- keluarga luas utrolokal, berdasarkan adapt utrolokal, terdiri dari keluarga inti senior dengan keluarga-keluarga batih/inti anak laki-laki maupun anak perempuan
- keluarga luas viriolokal, berdasakan adapt viriolokal, terdiri dari satu keluarga inti senior dengan keluarga-keluarga inti dari anak-anak lelaki
- Keluarga luas uxorilokal, berdasarkan adapt uxorilokal, terdiri dari satu keluarga inti senior dengan keluarga-keuarga batih/inti anak-anak perempuan
TULISAN ISD : INDIVIDU , KELUARGA DAN MASYARAKAT
Sekarang biaya pendidikan
mahal sehingga membuat banyak penduduk Indonesia yang tidak dapat menikmati
pendidikan. Jumlah di atas tersebut masih jumlah siswa SMP, belum lagi terdata
siswa SD, SMA dan Mahasiswa serta anak-anak yang tidak pernah mengenyam
pendidikan samasekali. Tentunya jika kita melihat jumlah data tersebut maka
akan sangat memilukan.
Masalah biaya pendidikan di
negara kita ini haruslah kita pandang dengan mata terbuka, tanpa harus menyembunyikan realitas kenyataan yang
terjadi. Banyak putra – putra bangsa kita yang cerdas dan pintar yang sulit
melanjutkan kuliah karena tidak mampu membayar uang kuliah dan biaya uang
pendaftaran kuliah mereka, maka sempat terkendala untuk melanjutkan
pendidikannya, kenyataan ini memang sungguh memprihatinkan.
Dengan tidak menutupi hati
nurani dengan kondisi bangsa kita saat ini, pasti kita akan menemukan berbagai
masalah tentang seputar pendidikan, seperti halnya yang dialami oleh saudara –
saudara kita diluar sana yang belum sempat merasakan pendidikan yang mana
merupakan sebagian dari berjuta masalah pendidikan yang muncul di permukaan.
Oleh Karena itu, berbicara tentang biaya pendidikan pastinya tidak akan
habis-habisnya dan tidak akan terselesaikan dengan semudah membalikan telapak
tangan. Hal tersebut dikarenakan mengingat masih banyaknya masyarakat miskin di
Negeri tercinta kita ini yang belum dapat menikmati pendidikan. Meskipun biaya
pendidikan dianggarkan sebesar 20 persen dari APBN dan ditambahkan lagi dari
APBD, namun masyarakat masih harus berjuang dalam mengisi perut sejengkalnya
jangankan untuk menikmati pendidikan tentunya masih hanya mimpi saja.
Oleh karena itu, ketika anak
dari keluarga miskin hendak bersekolah maka tantangan terberatnya adalah biaya
pendidikan tersebut. Akan tetapi lain pula halnya dengan orang kaya, dimana
mereka tidak begitu menghiraukan besarnya biaya pendidikan tersebut. Kondisi diskriminasi
ini semakin terasa bagi setiap jenjang pendidikan baik pada jenjang SD, SMP,
SMA, maupun Perguruan Tinggi di negara ini.
Menurut Darmaningtyas, akses
masuk ke bangku kuliah di kalangan mahasiswa miskin menurun drastis memasuki
tahun 2000-an. Pasalnya, pada masa itu perguruan tinggi negeri mulai membuka
jalur-jalur masuk khusus yang pada kenyataannya lebih mudah diakses siswa kaya.
(Kompas, 13/09/2010). Kondisi ini timbul karena perhatian dari pemerintah tidak
serius dalam menangani masalah biaya dalam pendidikan ini. Sehingga masalah
demi masalah dalam pendidikan semakin bertambah banyak.
Hal di atas diperparah lagi
dengan kondisi bangsa ini, dimana berbagai krisis sedang terjadi baik moral
maupun ekonomi. Dengan begitu banyaknya permasalahan di negara ini, maka tidak
tertutup kemungkinan bahwa mereka yang miskin tidak akan pernah menikmati
pendidikan hingga tutup usia. Itulah gambaran Negara kita sekarang ini.
Egois Penyebab Diskriminasi
Tidak sedikit warga negara
Indonesia tercinta ini menumpuk harta kekayaannya tanpa memperdulikan orang
lain. Baik dengan cara yang benar maupun mengorbankan milik orang lain
(rakyat), seperti tindakan korupsi yang bertumbuh subur akhir - akhir ini,
tanpa memperdulikan orang lain. Sikap tersebut sepertinya semakin membudaya di
tengah pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat.
Dimana setiap orang sibuk dan dituntut untuk memenuhi kebutuhannya.
Timbulnya sikap yang egois
ini mengakibatkan seorang yang kaya akan semakin kaya sedangkan yang miskin
semakin miskin bahkan melarat seperti lagu rhoma irama. Kondisi ini menjadikan
adanya kesenjangan diantara kita sesama manusia.
Mengingat hakekat manusia
sebagai makhluk sosial, maka seharusnya manusia memberikan rasa iba terhadap
sesama. Namun realitas berbicara keegoisan manusia semakin memuncak. Adanya
sifat keegoisan yang secara berlebihan.
Demikian juga halnya dalam
pendidikan, dimana orang yang mampu akan memperoleh pendidikan yang lebih baik
dibandingkan orang yang hanya untuk memikirkan makan saja sudah sulit atau
dengan kata lain orang yang miskin. Sehingga proses panjang dari hal ini akan
menghasilkan suatu ungkapan yang tidak memiliki rasa kasihan lagi dari orang
yang berpendidikan lebih baik sudah tepat, yaitu"orang bodoh adalah
makanan orang pintar".
Ungkapan di atas adalah
ungkapan yang penting untuk kita responi saat ini. Dimana dapat kita lihat
begitu banyak orang yang pintar di negeri ini, tapi dengan enaknya menggerogoti
uang rakyat. Sehingga rasa kepedulian untuk memikirkan rakyat kecilpun semakin
menciut. Namun, jika ada perlunya kepada masyarakat maka kepeduliannya melebihi
malaikat, misalnya dalam pemilihan dirinya. untuk menjadi calon pemimpin
rakyat.
Keseriusan Pemerintah
Pemerintah harus lebih serius
untuk menanggapi dan menyelesaikan masalah diskriminasi dalam pendidikan yang
terjadi di Masyarakat tersebut. Karena masalah pendidikan jika tidak segera
diselesaikan maka akan melahirkan jutaan penduduk Indonesia yang bodoh. Dan
jika kita coba untuk memaknai lebih jauh lagi, maka ketika kita bodoh (Negeri
Indonesia ini), kita akan dijajah lagi oleh bangsa lain. Sebab kita sudah jauh
tertinggal dengan Negara lain. Ibarat naik pesawat, negara maju sudah sampai ke
bulan, tetapi kita masih ingin take off.
Solusi :
Memberikan beasiswa kepada
siswa atau mahasiswa yang tepat sasaran merupakan salah satu solusi yang dapat
dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah diskriminasi dalam pendidikan yang
lebih jauh lagi. Artinya pemerintah harus melakukan pengawasan dan pemantaun
secara serius, mengingat perilaku korupsi di negara kita sudah menjadi budaya.
Karena jika tidak dilakukan hal tersebut, maka tidak tertutup kemungkinan akan
terjadinya penyelewengan dana yang seharusnya kepada siswa atau mahasiswa malah
sebaliknya kepada pihak tertentu yang ingin menyelewengkan dana tersebut.
Semoga diskriminasi dalam
pendidikan ini dapat kita atasi secara bersama-sama, terkhusus pemerintah harus
memberikan kebijakan yang bersifat pro rakyat dan bukan malah melakuakan pendiskriminasian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar